Malaikat Yang Terlupakan

 

Kala itu . . .

Salju yang lembut turun

Bersamaan dengan nya

Malaikat rapuh yang terjatuh

Dengan sayap-sayap patah

Yang tercabik oleh badai takdir

Di gurun pasir tanpa air

 

Ia ingin terbang menuju bulan

Memeluk cahaya yang menghangatkan

Dan memetik secercah harapan

 

Namun kini,

Ia tak mampu lagi terbang,

Tak tahu kemana ia kan pergi,

Ia hanya akan terus menerjang,

Tak peduli di gurun ini ia kan mati

Menjadi bangkai yang dimakan binatang

 

Hingga akhirnya,

Tuhan menyelamatkannya,

Ia temukan oase di tengah kehausannya,

Ia temukan sekuntum bunga,

Yang begitu indah menebarkan keharumannya,

Yang merasuk kedalam jiwanya,

Menutup segala luka didalam hatinya,

 

Segala kekecewaan itu kini telah musnah .

Tergantikan oleh sebuah kebahagiaan .

Dari bunga yang terindah .

Untuk malaikat yang terlupakan .

 

I’m a dreamer . . .

Inilah aku . . .
Seorang pemuda, seorang penerjang, seorang pemimpi . . .
Seorang manusia lemah, yang hanya memiliki sebuah keyakinan,
sebagai bekal perjalanan hidupnya . . .

Keyakinan bahwa aku terlahir demi suatu tujuan
Tujuan yang telah Tuhan tuliskan dalam catatan-Nya
Tujuan yang akan membawaku mendapatkan keutuhan diriku
Tujuan yang akan menghadirkan kebahagiaan bagi semua yang kucinta
Sekalipun harus kulewati jutaan jalan penuh derita

Keyakinan bahwa sekalipun suatu saat aku terjatuh,
Itu bukanlah hal yang memalukan!
Aku mampu untuk kembali BANGKIT!
Dan itu adalah hal yang PASTI!

Bukan luka
Bukan juga derita
Bukan kematian pula yang aku takutkan
Hanya saja, waktu terus berjalan
Aku hanya takut aku tidak sempat
Tidak sempat untuk menciptakan senyuman di wajah mereka yang kucinta
Tidak sempat menghadirkan kebahagiaan di hati mereka
Tidak sempat mengubah impian ini menjadi nyata

Namun, aku tersadar
Tak ada waktu untuk mengkhawatirkan itu semua
Aku hanya perlu untuk terus melangkah,
Dan terus melangkah
Menerjang semua yang menghadang
Selagi jantung ini masihlah berdetak
Selagi nafas ini masihlah berhembus
Kan kuraih semua yang bisa kuraih!

Tersesat Dalam Rindu

Sang surya telah pulang,
Biru langit pun memudar,
Menyisakan bulan dan bintang,
Menemaniku menunggu sang fajar,

Masih melekat kuat dalam memoriku,
Keindahan senyuman bahagiamu,
Yang menghias detik demi detik hidupku,
Yang kini, terasa berbeda meski, terlihat sama,
Bukan mengukir bahagia, melainkan mengukir luka,
Tak ada lagi suka, hanya tersisa duka

Masih terpendam dalam relungku,
Indahnya sosokmu yang selalu buatku terpaku,
Yang menghiasi setiap malam dalam mimpiku,
Dan ciptakan harapan dalam nyata ku,
Harapan semu, yang sama sekali tak berarti bagimu . .

Kini engkau telah melangkah,
Jauh meninggalkan diriku,
Membiarkanku melihat punggungmu,
Yang semakin hilang tertutup kabut,
Hingga aku tak mampu menemukanmu,
Hingga aku benar-benar kehilanganmu,
Tanpa mampu untuk kembali meraihmu,
Kini ku tersesat, dalam kabut rindu,
Yang menelanku bersama kenanganmu . . .

Septian Adhi Tama – 26 Juni 2014 – 2.00 AM

Semut Kecil dan Butiran Pasir

Dalam malam, di tengah kegelapan,

Di antara ketakutan dan harapan,

Ku mencoba tuk bertahan,

Akankah rasa yang menjerit, tertahan,

meluap tuk terungkapkan…..

Aku coba tuk pahami anganku,

Tunjuk satu sinar, yang akan tuntun aku pada-Mu,

Musnahkan ssegala keraguanku,

Akan arti cahaya itu dalam hidupku,

Jika hari ini,

adalah saat yang kunanti,

dalam suatu hal yang kujalani,

Untuk tumpahkan seluruh rasa dalam hati,

Maka aku masih tak mengerti, sungguh tak mengerti,

Tentang diri ini, dan sesuatu dalam hati ini,

Mungkin hanya seekor semut kecil, yang lemah tanpa daya,

dan dalam hati ini hanyalah bagai butiran pasir dari pantai.

Namun aku tahu,

Semut kecil bukanlah satu-satunya,

Semut kecil dengan jutaan lebih kekuatan ,

Ketika semut kecil lain datang dalam kesatuan,

Menjadi satu dan tak terkalahkan,

Dan aku pun tahu,

dalam setiap diri semut, tak hanya sebutir pasir yang dimiliki,

Tapi jutaan pasir,

yang akan mampu menopang segalanya, di atasnya

Yang akan berikan kehidupan, dan terus bertahan,

dan terus tumbuhkan kebahagian.

Hingga telah tiba waktu dari sang semut kecil,

Untuk pulang, dan menutup segala lembaran kisahnya…..

Harapan Bintang

Hembusan angin

membelai lembut 

perlahan dan menyentuh

menaburkan benih-benih

rasa yang dulu sempat mati

kini bangun, hidup, dan bersemi kembali

Bersamaan dengan kedatangan dewi malam

Terasa dimulai getarannya

sengguh kurasa tiada tara 

Kini, telah menjelma menjadi rasa bahagia

yang sama sekali tak terbayangkan

Ku berterimakasih kepada-Nya

Ku bersyukur  kepada-Nya

Biarlah semua isi dalam hati

tersampaikan bersama jutaan bintang yang pergi

di pagi hari, dan tergantikan oleh satu mentari

Semua terimakasih ku,

atas kehendaknya-Nya

hadirkan seorang malaikat ,

dalam hidup hamba-Nya…..

Memori Yang Terbangun

Di bawah langit berawan

Hembusan Angin lembut ciptakakan rasa nyaman

Suara anak manusia dengan teriakan

Berpadu, Menyatu, dalam sebuah hari dimana duainsan

Berdiri pada satu garis, buat suatu kenangan

Berdiri aku menatap kedepan

Suatu gelombang yang terasakan

Olehku bak melodi dalam nyanyian

Memanggil, menyentuh, meraih, menggetarkan

Sesuatu dalam dadaku yang  kemudian

Terasa begitu menyenangkan

Sepasang bola mata hitam kecoklatan

Yang berkilauan, menyilaukan

Buat pesona bintang olehku terlupakan

Helai-helai rambut yang berkilauan

Saling bergesekan, melantunkan suatu nyanyian

Bibir munyil merah merona dengan lengkungan

Terlihat begitu manis dalam pandangan

Yang kini tak sanggup teralihkan

Oh, Tuhan. . . 

Apa yang tengah aku rasakan?

Begitu menyenangkan

Dan dalam dadaku terjadi getaran

Menjelma dalam suatu ledakan

Yang kurasa dari dalam dada teralirkan

Menyerang seluruh saraf dalam raga penuh kelemahan

Bagai teracuni oleh zat kimia yang mencandukan

Oh Tuhan. . .

Apakah yang engkau ciptakan?

Malaikat itu, akankah ia selamatkan

seorang pemuda dalam dunia penuh kebohongan?

Malaikat itu, akankah ia indahkan

Detik-detik dalam hidup yang dipenuhi kerusakan?

Malaikat itu, akankah ia musnahkan

Segala rasa sakit, dalam hati yang kesepian?

SEPTIAN ADHI TAMA  (02.31 AM, 30 Mei 2013 )

Impian Kupu-Kupu Kecil

Aku adalah kupu-kupu

Seekor kupu-kupu kecil,

yang terlahir untuk terbang

dan terbang untuk hidup

 

Engkau ialah taman bunga

Taman bunga yang menjadi tempatku terbang

Taman bunga yang yang menjadi tempatku hidup

Taman, dimana aku temukan bunga-bunga

Bunga-bunga kebahagiaan,

Kebahagiaan dari satu kata penuh arti

Tak terlihat, namun terasakan begitu kuat dan nyata

 

Engkau ialah taman

Taman yang menjadi tempatku belajar

Belajar mengerti akan sesuatu

Sesuatu, yang tak dapat terdefinisikan

Namun terasakan begitu kuat dan nyata

Sesuatu itu, ialah cinta

 

Biarkanlah aku,

kupu-kupu kecil ini hinggap  di bunga kebahagiaan itu

Biarkanlah aku,

Kupu-kupu kecil mencoba buat bunga itu menjadi buah,

Buah kebahagiaan yang tak hanya dapat terlihat

Namun, juga dapat terasakan secara nyata.

 

Tanpamu,

Aku takkan punya tempat tuk terbang,

Tanpamu,

Aku takkan temukan bunga-bunga kebahagiaan

Tanpamu,

Aku takkan mengerti tentang cinta

Tanpamu,

Aku takkan mampu tuk jalani hidupku

 

Satu yang kuharapkan,

Satu yang kuimpika,

Supaya kupu-kupu kecil ini,

Bisa hidup tuk temani, mengisi engkau sang taman bunga

Supaya engkau sang taman bunga,

Seantiasa ada untuk menjadi tempatku hidup

Hingga akhir hayat ini . . .

Petunjuk Sang Malaikat  

Dalam dingin gelapnya malam snyi

Yang memeluk raga pemuda ini

Mengiris setiap sudut hati

Hingga menjerit batin memecah sunyi

Detik demi detik, tak pernah lelah ia menanti

 

Memang ia  terluka, mengenaskan, pantas tuk disakiti

Namun ia tetap menunggu kedatangan

Seorang malaikat penyelamat

Entah darimana malaikat itu berasal

Tak peduli dari langit, bumi, surga, ataupun neraka

Tuk membawa kembali sejuta harapan

Tuk menggali kembali permata yang terpendam

Tuk meyembuhkan semua luka yang telah tergoreskan

 

Hei sang malaikat penyelamat

Bawalah ia terbang bersamamu

Menembus awan yang sebelumnya tak pernah ia sentuh

Memetik bintang yang sebelumnya hanya mampu ia tujuk

Membelah langit yang sebelumnya hanya mampu dia tatap

Meraih segala yang ingin ia raih

 

Hingga suatu saat ia kan menyadari

Bahwa semua yang dia inginkan ialah hanya hadirmu dalam hidupnya . . .

 

Septian Adhi Tama

Senin, 17 Maret 2014 – 23.33 WIB